ARTIKEL PALING POPULER

11 November 2010

Dampak TV & Perilaku Seksual Pada Anak

Televisi, bagi sebagian orang adalah teman paling setia untuk melewati hari-hari yang membosankan, sekaligus penghibur paling loyal yang bisa menghibur kita setiap saat denga jenis hiburan apapun yang kita mau.

Semuanya bisa kita kontrol hanya dengan tekanan jari kita.
Televisi, juga "penjaga anak" yang paling efektif dan efesien. Suatu kali kita beli, dia bisa "memaku" anak-anak kita di tempat duduknya berjam-jam.Situasi inilah yang dialami oleh keluarga kebanyakan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan AGBNielsen Media Research di sepuluh kota besar : Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makasar, Jogjakarta, Palembang, Denpasar, Banjarmasin, yang dilaporkan dalam newsletter mereka edisi 3, Maret 2010, dikatakan bahwa remaja Indonesia berusia 15 - 19 tahun setiap hari menghabiskan waktu untuk nonton TV selama 2 jam 70 menit.

Sementara itu 72 % dari kelompok usia ini menghabiskan waktunya lebih dari satu jam setiap hari untuk berselancar di dunia maya. Meskipun terjadi pergeseran pola penggunaan waktu oleh remaja dari TV ke internet tetapi sampai saat ini TV masih memiliki pengaruh yang dominan.

Yang harus kita sadari televisi bukan sekedar media hiburan. Televisi secara umum adalah suatu industri yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan materi. Meskipun penontonnya tidak membayar secara langsung, ini tetap bukan tontonan gratis. Ada sponsor yang memasang iklan untuk setiap tayangan.

Dan setiap sponsor ini menuntut imbalan yang cepat, maka tidak heran jika penonton TV akan digiring menjadi orang-orang yang konsumtif. Iklan semacam ini juga memenuhi tayangan-tayangan untuk anak-anak. Paling banyak untuk tayangan anak-anak adalah iklan jajanan yang tidak sehat, mengandung kalori, garam, penyedap rasa, bahkan pengawet yang tinggi.

Televisi, juga bukan sekedar memberi hiburan tetapi menyebarkan nilai-nilai. Lihat saja, banyak cerita sinetron yang menayangkan kehidupan pelajar-pelajar SMP yang berpacaran, bahkan ada pula yang mengggambarkan siswa SD sudah berpacaran.

Ketika hal-hal semacam itu ditonton oleh anak-anak tersebut, maka nilai-nilai atau gaya hidup yang semacam ini akan segera diserap oleh mereka.

Tahukah Anda, remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah, 90 % melakukan dengan pacarnya. Artinya, kalau remaja Anda yang masih duduk di bangku SMP apalagi SD sudah berpacaran, remaja Anda sedang berada pada area yang amat berbahaya.

Televisi di Indonesia sangat sulit dikontrol, tetapi orang tua di Indonesia bisa memilih untuk tidak menonton TV.

Saya dan seluruh keluarga mengambil ketetapan untuk tidak menonton TV, sejak sekitar sepuluh tahun yang lalu. Keputusan yang saya bersama istri, pada akhirnya meringankan tugas parenting kami. Sebab nilai-nilai maupun gaya hidup yang kami bangun di keluarga kami tidak disabotase oleh nilai-nilai atau gaya hidup yang terus-menerus disebarkan oleh TV.

Tanpa TV, kita bisa memanfaatkan waktu luang untuk hal-hal yang lebih bermanfaat, membangun kebersamaan, serta mengembangkan kebiasaan baik membaca sebagai media hiburan yang mendidik.

Sumber: DR. Andik Wijaya, M.RepMed - Tabloid Keluarga

0 Masukan:

Post a Comment

 

Statistik Blog

Daftar Teman

Check This Out

adf.ly - shorten links and earn money!
dk-educlub.blogspot.com Copyright © 2010-2011 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template