ARTIKEL PALING POPULER

12 November 2010

Peran ICT Dalam Pendidikan di Indonesia

Para pelajar sekolah tingkat dasar, menengah dan mahasiswa perguruan tinggi di negara-negara maju saat ini telah 'berlari' meninggalkan siswa-siswa di negara berkembang termasuk Indonesia dengan memanfaatkan teknologi ICT (Information and Communication Technology) secara luas dalam proses pembelajaran mereka.

Bagaimana dengan Indonesia? Meskipun tertinggal, Indonesia tidak tinggal diam. Pemerintah dan sekolah-sekolah serta perguruan tinggi sudah melakukan cukup bantak upaya untuk menerapkan ICT dalam proses pendidikan dan pembelajaran.

Namn program pengembangan ICT tersebut tampaknya belum merata di berbagai wilayah Indonesia serta belum didasarkan pada sebuah cetak biru yang komprehensif.

Terdapat 3 hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pengembangan ICT di dalam setiap lembaga:
  1. Pemanfaatan teknologi harus dilakukan dengan target efektivitas di lapangan, dan bukan sekedar kepemilikan saja. Seringkali investasi hanya berhenti sampai pada tahap dimana sistem sudah terinstalasi dan pengguna sudah terlatih. Memiliki perangkat keras dan lunak bukan berarti mampu memanfaatkannya secara efektif.
  2. Perangkat teknologi seharusnya digunakan untuk mencapai tujuan strategis pendidikan dan bukan hanya didorong oleh perkembangan terkini teknologi. Artinya teknologi yang diterapkan harus menunjang strategi, serta pencapaian target dan visi/misi organisasi. Tidak semua teknologi yang ada perlu diterapkan, apalagi bila hanya sekedar ikut arus.
  3. Pengembangan ICT harus dilakukan secara sistematik dengan cetak biru dan roadmap yang jelas. Pengambangan yang sporadik alias sepotong-sepotong akan menimbulkan masalah integrasi dan biaya yang tinggi di kemudian hari.
Sumber: Ir. Samuel Tarigan, MBA - Tabloid Keluarga

11 November 2010

Proses Pertumbuhan Gigi Pada Anak

Gigi susu yang pertama keluar ialah gigi seri bawah, kemudian gigi seri atas, disusul gigi geraham pertama, gigi taring, dan terakhir gigi geraham kedua.

Kalau sudah lengkap keluar, anak akan mempunyai 4 buah gigi seri atas, 4 buah gigi seri bawah, 2 buah gigi taring atas, 2 buah gigi taring bawah, 4 gigi geraham atas dan 4 buah gigi geraham bawah. Seluruhnya berjumlah 20 buah gigi.

Proses ini berlangsung sejak bayi sampai anak berusia tiga tahun. Pada saat gigi akan keluar, umumnya anak akan rewel, resah, kehilangan nafsu makan, sering mengigit-gigit benda. Kalau hal ini terjadi, sebaiknya Anda tidak panik.

Sebenarnya, masalah ini dapat diatasi dengan memberinya botol susu atau mainan karet yang bundar dan tumpul permukaannya, sehingga aman bagi anak.

Bila anak demam, dapat diberikan obat penurun panas. Untuk mengatasi rasa sakit sewaktu gigi mau keluar, bersihkan gusi bayi. Sebaiknya hal ini sudah mulai dilakukan sejak bayi baru lahir.

Penyebab utama kerusakan gigi adalah asam yang dibuat oleh kuman yang ada dalam rongga mulut. Kuman tersebut akan menghasilkan asam bila ada sisa makanan, yang mengandung gula dan tepung, ayng lengket pada gigi pada waktu yang lama.

Asam tersebut dapat menyebabkan rusaknya lapisan keras gigi (email), sehingga terjadi lubang pada gigi. Bila lapisan ini rusak, maka bagian dalam gigi yang tidak sekeras email, akan lebih cepat hancur dan menimbulkan rasa sakit.

Pada anak balita, penyebab kerusakan gigi yang terbesar adalah minum susu atau cairan manis lainnya melalui botol. Mengenai hal ini, sebaiknya setiap kali anak selesai minum susu atau cairan manis lainnya (seperti air jeruk atau jus buah-buahan), berilah ia satu atau dua sendok air putih untuk "mencuci" mulutnya. Jangan pula membiasakan anak tertidur dengan botol dot masih dalam mulut, karena cairan manis tersebut akan menggenangi gigi seri atas.

Kalau kebiasaan ini berlangsung cukup lama, gigi seri akan mengalami kerusakan. Bahkan tidak hanya gigi seri saja yang rusak, tapi seluruh permukaan gigi. Sebaiknya, periksakan gigi anak setiap 6 bulan sekali, sehingga apabila terjadi gangguan bisa segera terdeteksi dan tertangani.

Biasakan menyikat gigi bersama-sama dengan si anak, untuk memberi contoh dan teladan. Cara ini biasanya lebih ampuh dalam membiasakan anak mau menggosok gigi sedini mungkin, ketimbang ibu atau ayah hanya memberi perintah saja.

Temani dan awasi anak-anak saat menyikat gigi, dan hindari kebiasaan anak jajan atau makan makanan yang lengket di antara waktu makan.

Sumber: Drg. Roy Kandou - Tabloid Keluarga

Dampak TV & Perilaku Seksual Pada Anak

Televisi, bagi sebagian orang adalah teman paling setia untuk melewati hari-hari yang membosankan, sekaligus penghibur paling loyal yang bisa menghibur kita setiap saat denga jenis hiburan apapun yang kita mau.

Semuanya bisa kita kontrol hanya dengan tekanan jari kita.
Televisi, juga "penjaga anak" yang paling efektif dan efesien. Suatu kali kita beli, dia bisa "memaku" anak-anak kita di tempat duduknya berjam-jam.Situasi inilah yang dialami oleh keluarga kebanyakan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan AGBNielsen Media Research di sepuluh kota besar : Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makasar, Jogjakarta, Palembang, Denpasar, Banjarmasin, yang dilaporkan dalam newsletter mereka edisi 3, Maret 2010, dikatakan bahwa remaja Indonesia berusia 15 - 19 tahun setiap hari menghabiskan waktu untuk nonton TV selama 2 jam 70 menit.

Sementara itu 72 % dari kelompok usia ini menghabiskan waktunya lebih dari satu jam setiap hari untuk berselancar di dunia maya. Meskipun terjadi pergeseran pola penggunaan waktu oleh remaja dari TV ke internet tetapi sampai saat ini TV masih memiliki pengaruh yang dominan.

Yang harus kita sadari televisi bukan sekedar media hiburan. Televisi secara umum adalah suatu industri yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan materi. Meskipun penontonnya tidak membayar secara langsung, ini tetap bukan tontonan gratis. Ada sponsor yang memasang iklan untuk setiap tayangan.

Dan setiap sponsor ini menuntut imbalan yang cepat, maka tidak heran jika penonton TV akan digiring menjadi orang-orang yang konsumtif. Iklan semacam ini juga memenuhi tayangan-tayangan untuk anak-anak. Paling banyak untuk tayangan anak-anak adalah iklan jajanan yang tidak sehat, mengandung kalori, garam, penyedap rasa, bahkan pengawet yang tinggi.

Televisi, juga bukan sekedar memberi hiburan tetapi menyebarkan nilai-nilai. Lihat saja, banyak cerita sinetron yang menayangkan kehidupan pelajar-pelajar SMP yang berpacaran, bahkan ada pula yang mengggambarkan siswa SD sudah berpacaran.

Ketika hal-hal semacam itu ditonton oleh anak-anak tersebut, maka nilai-nilai atau gaya hidup yang semacam ini akan segera diserap oleh mereka.

Tahukah Anda, remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah, 90 % melakukan dengan pacarnya. Artinya, kalau remaja Anda yang masih duduk di bangku SMP apalagi SD sudah berpacaran, remaja Anda sedang berada pada area yang amat berbahaya.

Televisi di Indonesia sangat sulit dikontrol, tetapi orang tua di Indonesia bisa memilih untuk tidak menonton TV.

Saya dan seluruh keluarga mengambil ketetapan untuk tidak menonton TV, sejak sekitar sepuluh tahun yang lalu. Keputusan yang saya bersama istri, pada akhirnya meringankan tugas parenting kami. Sebab nilai-nilai maupun gaya hidup yang kami bangun di keluarga kami tidak disabotase oleh nilai-nilai atau gaya hidup yang terus-menerus disebarkan oleh TV.

Tanpa TV, kita bisa memanfaatkan waktu luang untuk hal-hal yang lebih bermanfaat, membangun kebersamaan, serta mengembangkan kebiasaan baik membaca sebagai media hiburan yang mendidik.

Sumber: DR. Andik Wijaya, M.RepMed - Tabloid Keluarga

Anak Sehat & Bugar


Betapa bahagianya orang tua, jika setiap bangun tidur bisa melihat anak-anak mereka bermain, bahkan saat sang anak berpamitan untuk berangkat ke sekolah, anak-anak kita dalam keadaan sehat dan bugar. Begitu pula dengan kebalikannya, betapa susahnya kita dan hancur hati kalau kita melihat anak-anak hari ini sedang tergeletak sakit di tempat tidur atau di rumah sakit. Kesehatan anak sangat berarti.

Untuk mencegah hal di atas kita perlu mendesain atau merencanakan gizi yang baik. Diharapkan dengan gizi yang cukup, maka anak-anak kita tidak bisa jatuh sakit, karena pencegahan lebih baik dari pada mengobati.
TIPS
  1. Hindari panas berlebih. Gunakan payung dan topi untuk si kecil karena panas yang berlebih pada kepala anak akan memicu hormon androgen meningkat sehingga memicu timbulnya ketombe.
  2. Kalau anak kita terjatuh, segera tanyai bagian mana yang sakit. Jika menangis usahakan diam dengan janji yang menyenagkan, kalau belum berhenti berarti ada yang mencurigakan. Anda harus periksa kalau ada yang bengkak, beri obat sirup anti sakit yang ringan, kalau menunjukkan gejala muntah harus segera dibawa ke UGD terdekat (jangan lupa doakan selama perjalanan ke UGD)'
  3. Sabun antiseptik. Anak-anak selalu suka berenang, karena itu gunakan sabun antiseptik terutama habis mandi di kolam renang umum, untuk menghidari bakteri dan jamur.
  4. Atasi demam. Demam adalah salah satu gangguan kesehatan ayng kerap diderita anak di musim pancaroba. Ini bisa jadi lantaran baru di musim pancaroba inilah anak-anak digempur serangan berbagai kuman (biasanya virus) secara besar-besaran. Demam bukan penyakit melainkan gejala tubuh tengah membangun pertahanan melawan infeksi. Lebih tepatnya, demam bisa merupakan gejala aneka penyakit. Mulai infeksi ringan sampai yang serius, beri saja obat penurun demam secukupnya atau hubungi dokter anak Anda.
  5. Pastikan mereka minum cukup air, karena kekurangan cairan pada mereka tidak diharapkan, terutama saat mereka bermain atau habis BAB.
  6. Pastikan mereka tidur cukup, karena kekurangan istirahat pada si kecil bisa menghambat pertumbuhan fisik mereka.
  7. Pastikan mereka bermain bukan menonton TV, karena bermain bisa menguatkan tulang mereka, sedangkan menonton TV kurang baik terhadap kesehatan mata mereka, terutama menonton film lebih dari 2 jam.
Sumber: Yohanes Sunardi - Tabloid Keluarga

Orang Tua OTORITER?

Salah satu kriteria orang tua OTORITER adalah seberapa banyak kita mengekang anak dan tidak membiarkan mereka memiliki ruang geraknya sendiri. Orang tua yang otoriter tidak mengijinkan anak mempunyai pendapat sendiri, memiliki minat yang berbeda, atau melakukan sesuatu yang berbeda.
Saya setuju dengan pendapat bahwa orang tua harus menjadi pemimpin bagi anak-anaknya. Namun itu tidak berarti orang tua dapat memaksakan seluruh kehendaknya. Anak memerlukan ruang untuk bergerak, agar ia terlatih untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri.

Masalahnya sekarang, kapankah kita tahu bahwa kita telah memaksakan seluruh kehendak kita, padahal yang kita maksud adalah mendidik anak agar mereka mempunyai hidup yang baik kelak?

Untuk membedakan mana yang otoriter dan mana yang tidak memang dibutuhkan kepekaan ekstra dari orang tua atas dirinya sendiri. Kalau kita dapat memikirkan apa yang dipikirkan anak dan merasakan apa yang mereka rasakan setiap kali kita berkomunikasi dengan mereka, kita akan memiliki kepekaan itu.

Jadi, kalau misalnya anak selalu salah, apapun yang mereka lakukan, dan hal ini membuat mereka apatis, atau sebaliknya memberontak habis-habisan, ada kemungkinan kita telah bertindak otoriter.
APA AKIBATNYA BAGI ANAK BILA KITA BERSIKAP OTORITER?
Dalam keadaan ini, anak akan bertumbuh menjadi orang yang bergantung pada orang lain. Bahkan, anak menjadi keras kepala dan sulit diatur. Ini akan terjadi pada anak yang lebih berani.

Dalam keadaan tertentu, kita memang tidak akan sempat lagi berdebat dengan anak kita karena mendesaknya waktu. Dalam keadaan demikian, kita perlu mengambil tindakan yang bersifat otoriter.
Saya kira pemimpin manapun tentunya pernah melakukan tindakan dan keputusan sepihak tanpa persetujuan bawahannya, yaitu terutama dalam situasi darurat. Tetapi sedapat mungkin dalam kebanyakan keadaan, berikan pilihan-pilihan kepada mereka, sehingga anak relatif mempunyai kesempatak untuk mengambil keputusan sendiri bersama dengan konsekuensinya.

Dapat dikatakan bahwa gaya mendidik yang otoriter kita perlukan lebih banyak pada usia-usia dini anak, dan hendaknya semakin demokratis ketika anak semakin dewasa.

Seharusnya pada saat remaja, anak semakin memperoleh kebebasannya. Untuk itu, kita perlu menyelesaikan penanaman dasar moral dan kebiasaan ayng baik sesaat sebelum anak memasuki usia remaja. Sehingga ketika anak remaja diberi kebebasan menentukan dirinya lebih banyak, mereka tidak mengambil tindakan yang kurang bertanggung jawab.

Otoriter itu didominasi oleh pemaksaan-pemaksaan orang tua kepada anak, jadi lebih banya bertujuan memuaskan keinginan, target, ambisi, bahkan hawa nafsu orang tua sendiri.

Sebaiknya orang tua dalam melakukan tindakan mendisiplin ataupun berelasi dengan anak dilandaskan kasih sayang, jadi lebih banyak memikirkan kebutuhan dan kemampuan anak.

Dalam hal ini orang tua lebih baik bersikap demokratis dan memberi ruang kepada perbedaan anak dengan orang tua, dan memberi ruang juga bagi anak untuk bertanya dan mencari alasan mengapa suatu hal diijinkan dan hal lain tidak diijinkan.

Dan sekarang sedikit nasihat kepada orang tua. Jangan terus-menerus menggusari atau mencari-cari kesalahan anak-anak Anda, sehingga membuat mereka marah dan jengkel. Tetapi didiklah mereka dengan tata tertib yang penuh kasih dan benar.
Sumber: Andy Yuwono - Tabloid Keluarga

01 November 2010

Cerita Anak

Manfaat Cerita Anak
 
Padahal, tontonan yang disajikan televisi, yang tersaji mulai dari anak bangun tidur hingga Saat ini, cerita anak bukan lagi hal populer. Budaya mendongeng atau bercerita kepada anak-anak sepertinya sudah mulai mengendur, tergantikan budaya menonton Televisi, Play Station, Videogame dan teknologi canggih lainnya, belum tidur tentu sesuai untuk usia anak.
 

Statistik Blog

Daftar Teman

Check This Out

adf.ly - shorten links and earn money!
dk-educlub.blogspot.com Copyright © 2010-2011 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template